Menurut hadist Nabi Muhammad SAW. :
man ahabba syai'an katsura dzikruHhu
“ Orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya.”
berkata Nabi Muhammad SAW. :
man ahabba syai'an faHhuwa ‘abduHhu
“ Orang juga bisa diperbudak oleh cintanya.”
berkata jua Nabi Muhammad SAW., ciri dari Cinta Sejati ada tiga (3) yaitu :
lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain.
lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain dan
lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding orang lain atau diri sendiri.
Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada ALLAH SWT., maka ia :
lebih suka berbicara dengan ALLAH SWT. yaitu dengan membaca firman-Nya.
lebih suka bercengkerama dengan ALLAH SWT. dalam i`tikaf dan
lebih suka mengikuti perintah ALLAH SWT. daripada perintah yang lain.
Dalam Al Qur'an, Cinta memiliki delapan (8) pengertian berikut ini penjelasannya :
Cinta Mawaddah adalah jenis cinta yang mengebu-gebu, membara dan "nggemesi".
Orang yang memiliki cinta jenis Mawaddah :
maunya selalu berdua.
enggan berpisah dan
selalu ingin memuaskan dahaga cintanya.
ia ingin memonopoli cintanya dan hampir tak bisa berfikir lain.
Cinta RohmaHh adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, kelembutan, siap berkorban dan selalu siap melindungi.
Orang yang memiliki cinta jenis RohmaHh ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap dirinya sendiri.
Misal :
Ia tidak akan mengeluh lelah ataupun letih ketika sedang ikhlas menolong dan membantu Sang Kekasih, ia senantiasa tersenyum dibalik kelemahan dirinya.
Baginya yang penting adalah kebahagiaan Sang Kekasih meski untuk itu ia harus menderita.
Ia sangat memaklumi segala kekurangan dari Sang Kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan Sang Kekasihnya.
Termasuk dalam Cinta RohmaHh adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya.
Dari itu maka dalam Al Qur'an, kerabat disebut Al Arham, Dzawi Al Arham yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut Rahim (dari kata RohmaHh). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut Rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu bersilaturrahim atau silaturrahmi yang artinya menyambung tali kasih sayang.
Suami isteri yang diikat oleh Cinta Mawaddah dan RohmaHh sekaligus biasanya mereka saling setia lahir dan bathin dunia akhirat.
Cinta Maiil adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan.
Cinta jenis Maiil ini dalam Al Qur'an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (“an tamilu kulla al maiil”), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
Cinta Syaghof adalah jenis cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan.
Orang yang terserang cinta jenis Syaghof (“Qod syaghofaHha hubba”) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan.
Didalam Al Qur'an menggunakan term Syaghof ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya yaitu Nabi Yusuf AS.
Cinta Ro`faHh yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran.
Misalnya : kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk sholat, membelanya meskipun salah.
Didalam Al Qur'an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah Cinta Ro`faHh menyebabkan orang tidak menegakkan hukum ALLAH SWT., dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina.
(Al Qur’an [24] : 2).
Cinta ShobwaHh yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak.
Didalam Al Qur'an menyebut term ini ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf AS. berdoa agar dipisahkan dengan Zulaikha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Nabi Yusuf AS. tergelincir juga dalam perbuatan bodoh.
“Wa ilaa tashrif ‘anni kaidaHhunna ashbu ilaiHhinna wa akun minal jaaHhilin.” (Al Qur’an [12] : 33)
Cinta Syauq (Rindu).
Term ini bukan dari Al Qur'an tetapi dari hadist yang menafsirkan Al Qur'an.
Dalam Surat Al ‘Ankabuut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa dengan ALLAH SWT. pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsur dari hadist riwayat Ahmad :
“ wa as'aluka ladzzata an nadzori ilaa wajHhika wa as syauqo ilaa liqo'ika.”
Aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah-Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan-Mu.
Menurut Ibn Al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin :
Syauq (Rindu) adalah pengembaraan hati kepada Sang Kekasih (“safar al qolb ilaa al mahbub”), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati Sang Pecinta.
“hurqat al mahabbaHh wa il tiHhab naruHha fii qolb al muhibbi.”
Cinta KulfaHh yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti halnya orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu.
Jenis Cinta ini disebut didalam Al Qur'an ketika menyatakan bahwa ALLAH SWT. tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.
“ Laa yukallifullooHhu nafsan illaa wus’aHhaa…”
(Al Qur’an [2] : 286)
AlhamdulillaaHhi robbil ‘aalamiin.
ShodaqollooHhul ‘adziim.
“ Sesungguhnya kasih sayang itu cabang (penghubung) kepada Allah SWT. Barang siapa yang menyambungnya,maka Allah akan menyambung (kasih sayang-Nya) dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutus (kasih sayang-Nya) dengannya.” (HR. Bukhori)
Islam agama penuh dengan kasih sayang. Mewujudkan kasih sayang pada diri sendiri, serta memberikan kasih sayang kepada siapa dan apa yang ada disekeliling kita adalah ibadah. Dan itulah bagian dari sifat dan jati diri orang muslim.
Hanya saja, ada tingkatan sayang dalam Islam. Tingkatan tertinggi adalah sayang / cinta pada Allah SWT lalu Rosulullah SAW.
”Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah yang kamu sukai, adalah lebih utama daripada Allah dan Rosul-Nya dan berjihad di jalan Allah, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah:24)
Secara garis besar, objek kasih sayang dalam Islam adalah:
1. Sayang kepada Allah SWT
Mewujudkan rasa sayang atau cinta kepada Allah SWT dalam diri seorang muslim adalah suatu keniscayaan. Karena tidak akan sempurna ibadah seseorang kepada Allah SWT bila tidak ada rasa cinta di dalamnya.
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah …” (QS.Al-Baqoroh: 165)
2. Sayang kepada Rosulullah SAW
Mencitai Rosulullah merupakan bagian dari keimanan.
Anas berkata, Rosulullah bersabda, “Tidak sempurna iman kalian sampai aku lebih dia cintai daripada dirinya, orang tuanya, anaknya dan manusia lain keseluruhan”. (HR. Bukhori dan Muslim)
3. Sayang kepada sesama
Jarir bin Abdullah berkata, Rosulullah bersabda, “Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak menyayangi manusia lainnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Yang termasuk sayang kepada sesama adalah:
Sayang kepada orang tua
Abu Hurairoh berkata: “Ada seorang laki-laki datang ke Rosulullah, lalu bertanya, Wahai Rosulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan sebaik mungkin? Rosulullah bersabda, Ibumu. Lalu ia bertanya, lalu siapa? Beliau menjawab, ibumu. Ia betanya, lalu siapa lagi? Ibumu, jawab Rosulullah. Ia bertanya lagi, lalu siapa? Bapakmu, jawab beliau. (HR. Bukhori)
Sayang kepada suami atau istri
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS.Ar-Rum:21)
Sayang kepada saudara
Anas berkata: Rosulullah bersabda,” Tidak sempurna iman kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagai mana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhori)
Sayang kepada anak
Abu Hurairoh berkata: “sewaktu Rosulullah mencium Husain bin Ali, di dekatnya ada sahabat yang sedang duduk, bernama al-Aqro bin Habis at-Tamimi. Al-Aqro berkata, saya telah mempunyai 10 anak, tapi saya tidak pernah mencium satupun dari mereka. Rosulullah memandanginya, lalu bersabda,” Barang siapa yang tidak punya rasa kasih sayang, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhori)
Sayang kepada tetangga
Said bin Abi Syuraikh berkata: Rosulullah bersabda, “Demi Allah, ia tidak beriman. Allah, ia tidak beriman. Allah, ia tidak beriman. Ada yang bertanya, siapakah yang Anda maksud wahai Rosulullah? Rosulullah menjawab, Orang yang tetangganya merasa tidak nyaman dari kejahatan dan keburukannya.” (HR. Bukhori)
Sayang kepada teman
Anas bin Malik berkata: “ Aku pernah duduk di sisi Rosulullah, lalu lewatlah seorang laki-laki. Ada laki-laki lain dari suatu kaum yang berkata, Wahai Rosulullah, sungguh aku sangat mencintai (menyayangi) laki-laki itu. Rosulullah bertanya, Apakah kamu telah memberitahukan hal itu kepadanya? Laki-laki itu menjawab, Belum. Rosulullah bersabda, Berdirilah, dan beritahukanlah kepadanya. Maka laki-laki itupun berdiri menghampirinya, ia berkata, Wahai saudaraku, demi Allah, aku mencintaimu karena Allah. Lalu orang tersebut menjawab, Semoga Allah juga mencintaimu karena kamu mencintai karena-Nya.” (HR. Ahmad, no.1198)
4. Sayang kepada hewan
Abu Hurairoh berkata: Rosulullah bersabda,”pernah ada sorang laki-laki dalam perjalanan, ia merasa sangat haus. Kemudian ia bertemu sumur dan turun ke dalamnya, ia minum air sumur lalu keluar. Tiba-tiba ada anjing yang menjulurkan lidahnya, mengendus tanah karena kehausan. Ia berkata dalam hatinya, anjing ini mengalami apa yang tadi aku alami. Lalu ia (turun ke sumur lagi) memenuhi sepatu kulitnya (dengan air), lalu ia gigit dengan mulutnya lalu keluar, selanjutnya ia memberi minum anjing tersebut. atas perbuatannya itu, Allah bersyukur padanya dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya, wahai Rosulullah, apakah kita akan mendapat pahala jika menolong hewan? Beliau bersabda, “Kebaikkan kepada setiap yang punya hati (makhluk hidup) ada pahalanya” (HR. Bukhori dan Muslim)
5. Sayang kepada tumbuhan
Pesan Abu Bakar ra. Kepada pemimpin pasukannya, Yazid bin Abu Sufyan:
Dan aku berwasiat kepadamua 10 hal. ” janganlah kalian membunuh wanita, bayi atau orang tua lanjut usia. Dan janganlah kamu memotong pon yang sedang berbuah. Dan janganlah kamu merusak gedung atau bangunan. Dan janganlah kamu membunuh camping atau onta kecuali untuk di makan. Dan janganlah kamu membakar lebah atau menenggelamkannya. Dan janganlah kamu korupsi, Dan janganlah kamu berkhianat.” (HR. Malik)
6. Sayang kepada lingkungan
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A’raf: 56)
Jika diperhatikan, konsep kasih sayang dalam Islam lebih lengkap dan komplit. Sehingga kita tidak perlu lagi konsep kasih sayang dari agam atau ajaran filsafat kepecayaan lain.
Jika kita benar-benar memperaktikkan ajaran Islam secara kaffah (integral), maka kita akan merasakan besarnya kasih sayang dalam diri kita, dan orang lainpun merasakannya kenikmatan kasih sayang yang menjadi bagian dari ajaran Islam.
Wallahu’alam bishowwab